DESAIN PENELITIAN ANALITIK
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Metodologi
Penelitian Hukum
DISUSUN
OLEH :
Nurhuda : 210209056
Khoirul anwar jadmiko
: 210209065
Dosen pengampu :Aji
Damanhuri M.E.I
JURUSAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MU’AMALAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGRI (STAIN)
PONOROGO
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Di dunia ini tidak ada
kebenaran yang mutlak kecuali hanya kebenaran Alloh swt. Namun setiap indifidu
juga mempunyai pilihan untuk menentukan sesuatu yang di anggapnya paling benar.
Begitu juga dengan permasalahan hukum, setiap orang pasti manginginkan
kebenaran yang di anggap paling benar menurut siapapun. Maka dari itu ada
sebuah penelitian untuk mencari dan meneliti seberapa bener kebenaran tersebut.
Jadi pada dasarnya tujuan penelitian adalah untuk
mendapatkan sebuah kebenaran. Mendapatkan kebenaran ternyata merupakan suatu
proses yang rumit. Karena kebenaran adalah hal yang rumit, sulit didapat dan
mahal, maka langkah penelitian didesain untuk mendapatkan kebenaran dengan cara
yang lebih murah dan cepat, namun terarah.
Penggunaan kerangka konsep, adalah usaha untuk menyempitkan bidang
pandangan, dan menyederhanakan persoalan sehingga inti masalah dapat dipahami
dengan lebih jelas. Bagi paradigma ilmiah, desain harus disusun secara pasti
sebelum fakta dikumpulkan. Sekali desain digunakan, maka tidak boleh
mengubahnya dalam bentuk apapun. Sebab jika diadakan perubahan, maka perubahan
itu akan mengaburkan variabel sehingga penafsiran yang bermakna menjadi tidak
mungkin dilakukan.
Akan tetapi bagi paradigma alamiah, desain dapat disusun sebelumnya secara tidak
lengkap. Apabila sudah mulai digunakan, maka desain itu baru mulai dilengkapi dan
disempurnakan. Desain itu dapat senantiasa diubah dan disesuaikan dengan apa
yang diperoleh dan disesuaikan pula dengan pengetahuan baru yang ditemukan. Dalam makalah ini akan kita bahas untuk
mengetahuinya lebih dalam.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian desain
penelitian analitis?
2.
Bagaima metode yang digunakan
dalam desain penelitian analitis?
BAB II
Desain Penelitian Analitis
A.
Pengertian
Desain Penelitian Analitis
Tiap penelitian harus direncanakan terlebih dahulu. Salah satunya diperlukan suatu
desain penelitian. Desain penelitian merupakan rencana tentang cara
mengumpulkan dan menganalisa data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis serta
serasi dengan penelitian itu.[1] Desain
penelitian secara definitif pada dasarnya hanya untuk kepentingan penelitian
kuantitatif, namun tidak berarti bahwa penelitian kualitatif bebas dari
kewajiban menyusun disain, meskipun hanya sederhana.[2]
Desain merupakan
rencana yang disusun secara pasti
sebelum fakta dikumpulkan. Sekali desain digunakan maka tidak boleh mengubahnya
dalam bentuk apapun. Sebab jika diadakan perubahan maka perubahan itu akan
mengaburkan variabel sehingga penafsiran yang bermakna menjadi tidak mungkin
dilakukan. Bagi paradigma alamiah, desain dapat disusun sebelumnya secara tidak
lengkap. Apabila sudah mulai digunakan, maka desain itu mulai disempurnakan.
Desain itu dapat senantiasa diubah dan disesuaikan dengan apa yang diperoleh
dan disesuaikan pula dengan pengetahuan baru yang ditemukan. [3]
Desain penelitian merupakan perencanaan dan struktur
investigasi yang didapatkan untuk memperoleh jawaban terhadap pertanyaan
penelitian. Rencana tersebut merupakan skema keseluruhan atau program dari
penelitian. Desain penelitian meliputi garis besar apa yang akan dilakukan
investigator dari hipotesis tertulis dan implikasi operasionalnya sampai
analisis akhir data. Sebuah struktur merupakan kerangka kerja, organisasi, atau
konvigurasi dari hubungan diantara variabel suatu studi. Suatu desain
penelitian mengekspresikan struktur permasalahan penelitian dan rencana
investigasi yang digunakan untuk memperoleh bukti- bukti empiris berkaitan
dengan permasalahan tersebut. [4]
Penelitian atau riset analitis ialah riset yang
yang dimulai dari teori dan berakhir pada fakta. Penelitian analitik menyangkut
pengujian hipotesis, yang mengandung uraian- uraian tetapi fokusnya terletak
pada analisis hubungan antara variabel. Dalam desain penelitian ini studi yang
dilakukan adalah untuk menemukan fakta dengan interpretasi yang tepat dan
membatasi kajiannya dengan keperluan- keperluan penelitian. Oleh karena itu didalam riset analitis
terlibat satu atau lebih hipotesis, dan biasanya bersifat verifikatif yaitu
bermaksud untuk menguji dan membuktikan. Fungsi teori adalah sebagai masukan,
sekaligus sebagai pemecah (yang menerangkan) masalah yang bersangkutan.[5] Penelitian
analitik bertujuan untuk mengkaji kausa atau determinan dari suatu fenomena.
Jadi dalam penelitian ini dibuat suatu kesimpulan yang sifatnya sebab akibat.
B.
Metode penelitian dalam desain penelitian analitis
Dalam penelitian ini riset dikonfigurasi sebagai berikut:[6]
VARIABEL
|
MASALAH
|
Pemecahan
masalah
(problem
solving)
|
permasalahan
|
TEORISASI
|
HIPOTESIS
|
Analisis
|
Hipotesis
diperiksa secara empiris
|
METHODOLOGI
|
INSTRUMEN
|
Pengumpulan data
|
Operasionalisasi
|
LAPORAN
|
REKOMENDASI
|
DATA
|
PENEMUAN
|
Pengolahan data
|
Formalisasi
|
Penyimpulan
|
1. Variabel adalah konsep yang
mempunyai variasi nilai (misalnya variabel model kerja, keuntungan, biaya
promosi, volume penjualan, tingkat pendidikan manager, dsb).[7] Variabel
penelitian bisa didefinisikan sebagai faktor yang apabila diukur memberikan
nilai yang bervariasi. Ada pula yang mendefinisikan variabel sebagai suatu
karakteristik dari orang, objek, atau gejala yang memiliki nilai yang berbeda-beda.
Sutrisno Hadi mendefinisikan variabel sebagai gejala yang bervariasi. Misalnya:
jenis kelamin, berat badan dan lain- lain. Gejala adalah objek penelitian,
sehingga variabel adalah objek penelitian yang bervariasi. Variabel dapat
dibedakan atas jenis penelitian kuantitatif dan kualitatif. Contoh variabel
kuantitatif adalah luas kota, umur, banyaknya jam dalam hari, dan sebagainya.
Contoh variabel kualitatif adalah kemakmuran, kepandaian dan sebagainya.[8]
2. Masalah
Penelitian, dalam hal ini sama pengertiannya dengan
istilah obyek atau topik penelitian, yaitu sesuatu yang membutuhkan pemecahan
berdasarkan penelitian ilmiah. Masalah itu sendiri pada dasarnya adalah sesuatu
kesenjangan antara apa yang seharusnya “das sollen” dengan yang senyatanya “das
sain”. Jadi suatu masalah penelitian tidak diartikan sebagai problem yang
dihadapi sewaktu peneliti mengadakan kegiatannya, melainkan masalah tersebut telah menjadi opini atau bahan
perbincanagan masyarakat pada umumnya. Masalah yang akan diteliti hendaknya
dirumuskan secara jelas dan masalah itu adalah sesuatu yang bersifat research
chable antara lain bahwa:[9]
a.
Masalah yang
akan diteliti hendaknya berada dalam jangkauan peneliti, artinya ia cukup mampu
untuk meneliti dan memecahkan masalah tersebut baik secara keilmuan, waktu,
tenaga dan biaya, dan kemampuan pribadi si peneliti sendiri.
b. Masalah itu hendaknya sesuatu yang aktual, ia penting
dan berguna bahkan menarik perhatian untuk diteliti.
c.
Masalah yang
diteliti hendaknya bersifat konkret dan dapat dirumuskan dengan jelas, dalam
hal ini peneliti harus dapat mengungkapkan secara tuntas apa yang hendak
diteliti, mengapa hal itu diteliti, bagaimana dilaksanakannya, apakah masalah
itu pernah diteliti oleh pihak lain atau masalahnya masih dipersoalkan dan
sererusnya.
d. Masalah yang hendak diteliti hendaknya jangan terlalu
luas, ia harus dibatasi dengan batasan- batasan yang logis, tetapi
penelitiannya dapat dilakukannya secara mendalam. Apabila suatu permasalahan
penelitian sudah ditemukan, dengan pernyataan lain, berarti topik penelitian itu telah ditetapkan, peneliti selanjutnya harus merumuskan topik
yang dimaksud dalam sebuah judul penelitian. Selanjutnya mengidentifikasi
permasalahan dan memecahkannya melalui teorisasi.
3. Teorisasi atau
landasan teori yaitu kerangka pemikiran sebagai
jalan pikiran menurut kerangka yang logis untuk menangkap, menerangkan dan
menunjukkan masalah- masalah yang telah diidentifikasikan. Kerangka teori yang
relevan akan berfungsi sebagai penuntun dalam menjawab, memecahkan atau
menerangkan masalah yang telah diidentifikasikan itu, atau dalam target yang
lebih dekat itu amat berguna untuk merumuskan hipotesis.[10]
Untuk mencari teori yang relevan, peneliti harus melihat kembali apa kata kunci
penelitiannya, bagaimana definisi konseptualnya dirumuskan, kemudian mencari
teori yang mengandung atau mempunyai konsep atau kata- kata kunci yang sama
atau sejenis dengan kata- kata kunci penelitian.[11]
Kegunaan teori didalam penelitian sedikitnya dapat memberikan tiga sumbangan
sebagai berikut:[12]
a. Sebagai pedoman atau pegangan. Penelitian dalam bentuk
apapun dapat mempergunakan teori yang kedudukannya sebagai pedoman itu, didalamnya
berupa anggapan dasar, yakni suatu kebenaran yang tidak memerlukan pembuktian
secara empirik; berupa prinsip (hipotesis yang telah teruji kebenaranya);
berupa teori yang yaitu sehimpunan
prinsip yang berkaitan dan telah teruji sekian lama; berupa konsep yang berarti abstraksi mngenai
suatu gejala atau realita; berupa proposisi
(pernyataan mengenai suatu gejala atau realita) ; atau berupa definisi
operasional, yakni pengertian yang menunjukkan indikator- indikator suatu
gejala yang dapat memudahkan pengukurannya.
b. Sebagai tolak ukur. Misalnya seorang peneliti yang
ingin mengetahui suatu kegiatan atau proses di lapangan telah berjalan dengan
baik atau tidak, maka peneliti akan terlibat dalam studi evaluasi atau
sejenisnya. Untuk dapat memberikan penilaian serupa itu, maka peneliti mutlak
memiliki ukuran sebagai patokan.
c. Sebagai sumber hipotesa. Disini kerangka teoritik
jelas sangat berguna terutama dalam penelitian yang bertujuan menguji
hipotesis. Dalam penelitian seperti ini, hipotesis pada umumnya dimunculkan
dari analisis terhadap landasan teori. Analisis dilakukan agar tujuan pokok
penelitian, yaitu menjawab pertanyaan dan membuktikan hipotesis dapat dicapai.
Dalam Praktiknaya teori- teori yang telah disusun dianggap memiliki banyak
keraguan, maka kemudian dicoba diuji kembali, sehingga proses uji coba tersebut
dapat membuahkan hipotesis.
4. Hipotesis pada dasarnya adalah kesimpulan sementara yang ditarik dari landasan teori
atau tinjauan pustaka. Kesimpulan demikian juga memerlukan jawaban sementara terhadap
masalah yang diidentifikasikan. Hal ini sesuai dengan makna kata “hipotesis”
itu sendiri yang berasal dari kata hypo (kekurangan) dan thesis (dalil atu
teori) yang berarti teori sementara atau teori yang masih mungkin benar atau
mungkin salah. Hipotesis adalah teori yang perlu dibuktikan kebenaranya.[13]
Hipotesis dapat dirumuskan secara tepat sebagai suatu pernyataan sementara yang
diajukan untuk memecahkan suatu masalah, atau untuk menerangkan suatu gejala
dalam bentuk sederhana, hipotesis mengemukakan pernyataan tentang harapan
peneliti mengenai hubungan antara variabel- variabel di dalam suatu persoalan.
Hipotesis tersebut kemudian diuji dalam penelitian yang kebenarannya masih
harus diuji secara empiris dalam rangkaian langkah- langkah penelitian yang
disajikan dalam hipotesis itu.[14]
5.
Metodhologi adalah suatu pengkajian dalam mempelajari
peraturan- peraturan suatu metode. Jadi metodologi penelitian ialah suatu
pengkajian dalam mempelajari peraturan- peraturan yang terdapat dalam suatu
penelitian. Ditinjau dari sudut filsafat, metodologi penelitian merupakan
epistemologi penelitian. Yaitu yang menyangkut bagimana kita mengadakan
penelitian. Metode berasal dari bahasa Yunani, methodos yang berarti cara atau
jalan. Jadi metode merupakan jalan yang berkaitan dengan cara kerja dalam
mencapai sasaran yang diperlukan bagi penggunannya, sehingga dapat memahami
obyek sasaran yang dikehendaki dalam mencapai sasaran atau tujuan pemecahan
permasalahan.[15]
Metode yang mana yang digunakan oleh peneliti sangatlah tergantung pada tujuan
penelitian itu sendiri. Setiap penjelasan mengenai langkah yang ditetapkan
bukanlah hanya berupa definisinya, melainkan yang terpenting adalah langkah
operasionalnya yang akan dilakukan oleh peneliti dalam proses penelitian
kemudian menentukan instrumen penelitian.[16]
6. Instrumen yang utama adalah peneliti itu sendiri, pada
awal penelitian penelitilah alat satu- satunya. Ada kemungkinan hanya dialah
merupakan alat sampai akhir penelitian. Namun setelah penelitian berlangsung
selama waktu tertentu, diperoleh fokus yang lebih jelas, maka ada kemungkinan
untuk mengadakan angket dan wawancara yang lebih berstruktur untuk memperoleh
data yang lebih spesifik.[17]
7. Data menurut Webster New World
Dictionary, adalah things known or assumed, yang berarti bahwa data itu sesuatu yang diketahui atau dianggap.
Diketahui artinya yang sudah terjadi merupakan fakta (bukti). Data dapat
memberikan gambaran tentang suatu keadaan atau persoalan. Data juga bisa
didefinisikan sekumpulan informasi atau nilai yang diperoleh dari pengamatan
(observasi) suatu obyek, data dapat berupa angka dan dapat pula merupakan lambang
atau sifat.[18] Pada
dasarnya kegunaan data (setelah diolah dan dianalisis) ialah sebagai dasar yang
obyektif didalam proses pembuatan keputusan keputusan atau kebijaksanaan dalam
rangka untuk memecahkan persoalan oleh oleh pengambil keputusan. Keputusan yang
baik hanya bisa diperoleh dari pengambil keputusan yang obyektif dan didasarkan
atas data yang baik. Data yang baik adalah data yang bisa dipercaya
kebenarannya, tepat waktu, dan
mencangkup ruang lingkup yang luas atau bisa memberikan gambaran tentang suatu
masalah secara menyeluruh merupakan data relevan. Untuk menghasilkan keputusan
atau penemuan data yang baik maka perlu adanya pengolahan data atau analisa
data.[19]
8. Analisa
Data terdiri
dari analisa kuantitatif dan kualitatif. Dalam menganalisa data kuantitatif,
data yang berbentuk angka dihitung untuk mengetahui jawaban masalah yang
diteliti. Sebaliknya data kualitatif merupakan data yang tidak berbentuk angka.
Dilihat dari sifat datanya, analisis dibedakan menjadi analisis yang bersifat
kuantitatif dan kualitatif. Anlisis kualitatif dilakukan pada data yang tidak
dapat dihitung, bersifat monografis atau berwujud kasus- kasus, obyek
penelitiannya dipelajari secara utuh dan sepanjang itu mengenai manusia, maka
hal tersebut menyangkut sejarah hidup manusia. Sedangkan analisa kuantitatif
disebut juga analisa statitiska (sebagai alat bantu untuk menjelaskan
fakta atau data deskriptif atau induktif).[20]
Secara garis
besar analisa statitiska dibedakan atas dua macam, yaitu analisis statitiska
deskriptif dan analisis statitiska induktif. Jika dalam penelitian hanya
bertujuan untuk memaparkan data hasil pengamatan tanpa diadakan pengujian
hipotesis- hipotesis, digunakan analisis statitiska deskriptif. Tetapi
jika tujuan penelitian dituangkan dalam hipotesis- hipotesis yang selanjutnya
ingin diuji kebenarannya dengan statitiska, dan diinginkan kesimpulan yang
berlaku bagi keseluruhan populasi berdsarkan data dari suatu bagian populasi,
maka penelitian ini sudah menuju kepengguanaan analisis statitiska induktif.[21]
Melakukan Analisis adalah pekerjaan yang sulit, memerlukan kerja keras.
Analisis memerlukan daya kreatif serta kemampuan intelektual tinggi. Analisis
jika kita sederhanakan adalah proses terakhir dalam rentetan tugas penelitian
sebelum menulis laporan. Analisis bertujuan untuk menjelaskan fenomena,
kejadian atau perilaku atau untuk menerangkan apa yang menjadi latar belakang
fenomena, kejadian atau perilaku itu baik yang mengenai seseorang, sekelompok
orang atau masyarakat.[22]
Analisis bisa dilihat dari berbagai perspektif.
Secara mekanis maka didalam analisis terjadi: [23]
a.
Perubahan angka dan catatan hasil pengumpulan
data, menjadi informasi yang mudah dipahami.
b. Penggunaan
alat bantu
statistik untuk memudahkan data yang dikumpulkan untuk membuktikan hipotesis,
dan teori, juga untuk mngecek apakah yang ditemukan memang benar dan bukan
kebetulan.
c.
Interpretasi atas berbagai informasi itu, dalam
kerangka yang lebih luas, atau inferensi ke populasi untuk menjawab pertanyaan
– pertanyaan yang muncul.
Sedangkan secara substansif, didalam analisis
terjadi berbagai kegiatan sebagai berikut:[24]
a.
Membandingkan dan mengetes teori atau konsep dengan informasi yang
ditemukan.
b. Mencari
dan menemukan adanya konsep baru dari data yang dikumpulkan.
c.
Mencari penjelasan apakah konsep baru ini
berlaku umum atau baru terjadi bila ada prakondisi tertentu.
Tugas peneliti ialah mengadakan analisis
tentang data yang diperolehnya agar diketahui maknanya. Data yang baru
dikumpulkan seringkali belum bisa langsung dianalisis. Banyak kesalahan dapat
terjadi, dan jika dihitung pada saat memasukkan data maka kesalahan itu dapat
timbul mulai dari salah membaca kuesioner sewaktu memindahkan kekomputer, salah
mengetik, program komputer untuk mengisi data tidak akurat, besar kecilnya
kesalahan ini tentu tergantung dari bagaimana sistem memasukkan data
dijalankan. Analisis perlu dimulai dari yang sederhana, lalu melangkah ke yang
lebih rumit. Pedoman sederhana ini sering dilupakan. Seperti penyaringan, orang
mulai mempergunakan saringan kasar, melihat hasilnya, dan menyaringnya lagi menggunakan saringan yang lebih halus. Jika
perlu, yang dapat tidak tersaring digiling dulu supaya bisa ikut dalam proses berikutnya.
Pertama adalah analisis univariat seperti namanya, adalah analisis yang dilakukan
pada sebuah variabel. Bentuknya dapat berbagi macam, yaitu distribusi frkuensi,
tendensi sentral dan ukuran penyebaran dari variabel, atau dengan melihat
gambaran histogram dari variabel tersebut. Dengan analisis univariat, dapat
diketahui apakah konsep yang kita ukur dalam kondisi yang siap untuk
dianalisis. Kita juga bisa mengetahui bagimana gambaran konsep itu secara
terperinci. Dengan analisis univariat pula kita bisa mengetahui bagaimana sebaiknya
menyiapkan ukuran dan bentuk konsep itu untuk analisis berikutnya. Analisis
univariat adalah salah satu cara untuk melihat adanya kesalahan itu. Dengan
distribusi frekuensi. Misalnya: adanya jawaban dari luar yang diperkirakan,
adanya jawaban yang amat ekstrim.[25]
Kedua adalah Analisis Bivariat yaitu analisis untuk
melihat hubungan dua variabel. Hubungan antara dua variabel ini
mempunyai tiga kemungkinan.
1. Ada
hubungan, tetai sifatnya simetris, tidak saling mempengaruhi
2. Dua
variabel itu saling mempengaruhi.
3. Sebuah
variabel mempengaruhi variabel yang lain. Dalam bidang penelitian, hubungan
yang ke tiga inilah yang menjadi fokus utama. Meskipun begitu hubungan yang
lain jugamempunyai fungsi sendiri dalam penelitian
Tugas seorang
analis, tidak berhenti dengan mengatakan apakah ada hubungan antara A dan B,
tetapi menjaelaskan mekanismenya, mengapa hal itu bisa terjadi. Sebaliknya,
jika tidak ada hubungan niliai lebih anlisis adalah pada penerangan. Mengapa hubungan
itu yang terbukti pada penelitian lainya, tidak terbukti pada penelitian ini.
Apakah itu terletakpada konsep hubungan yang memang berbeda pada penelitian
ini, atau pada desain, dan sampelnya, atau bahkan metode analisis ini belum
memungkinkan untuk menarik kesimpulan yang ada. Struktur hubungan yang ada
mungkin saja belum terlihat dengan analisis bivariat. Yang juga penting untuk
dilakukan pada analisis bivariat adalah melihat plot sebuah variabel tersebut
dalam sebuah diagram. Langkah sederhana ini sering menjelaskan mengapa
didapatkan hasil yang berbeda dengan orang lain. Angka ekstrim dengan mudah
dapat dilihat disini. Mengeluarkan nilai ekstrim inidalam analisis selanjutnya
sering mengatasi problem yang sering membungungkan orang. Untuk itu, bila perlu
analisis bivariat diulangi kembali sehingga nilai ekstrim akan terlihat.[26]
Langkah ketiga
adalah menganalisis hubungan variabel yang ada, jika analisis bivariat
telah puas dilakukan. Langkah ini terbagi atas dua bagian besar. Bagian pertama
menganalisis apakah hubungan yang ada memang benar adanya. Bagian ke dua
menganalisis jika hubungan itu ternyata tidak sesuai dengan dugaan.
Berbagai cara
dapat dilakukan untuk melakukan hal itu, mulai waktu desain penelitian
dilakukan. Pada fase analisis, seorang analis biasanya mengetesnya dengan
menggunakan variabel ketiga. Maksud dari analisis hubungan ini adalah menjawab
pertanyaan; setelah mengetahui hubungan yang ada antara hubungan variabel, apa yang dapat dipelajari lebih lanjut dengan
memasukkan variabel ketiga dalam analisis. [27]
Langkah keempat
yang logis adalah anlisis multivariat. Analisis ini memungkinkan untuk
melakukan tes hipotesis tentang hubungan dua atau lebih variabel, sambil
mengontrol variabel lainya, atau mengetahi berapa besar sebenarnya pengaruh
murni sebuah determinan tertentu, atau bagaimana pengaruh dari beberapa faktor
bersama- sama. Banyak orang yang sering mengeluh tentang sulitnya menganalisis
multivriat. Secara substantif, sebenarnaya apa yang dilakukan serupa dengan
analisis menggunakan variabel ke tiga.[28]
Tidak ada satu
cara tertentu yang dapat dijadikan pegangan bagi semua penelitian. Salah satu
cara yang dianjurkan adalah mengikuti langkah- langkah yang bersifat umum
yakni:[29]
1. Reduksi data
Data yang
diperoleh dalam lapangan ditulis/diketik dalam bentuk uraian atau laporan yang
terinci. Laporan ini akan terus-menerus bertambah dan akan menambah kesulitan
bila tidak segera dianalisis sejak mulanya. Laporan-laporan itu perlu
direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang
penting, dicari tema atau polanya, jadi laporan lapangan sebagai bahan
“mentah”disingkatkan, direduksi, disusun lebih sistematis, ditonjolkan
pokok-pokok yang penting, diberi susunan yang lebih sistematis , sehingga mudah
untuk dikendalikan. Data yang direduksi memberi gambaran yang lebih tajam
tentang hasil pengamatan, juga mempermudah penelitian untuk mencari kembali
data yang diperoleh bila diperlukan. Reduksi data dapat pula membantu dalam memberikan
kode aspek-aspek tertentu.
2. Display data
Data yang
bertumpuk-tumpuk, laporan lapangan lapangan yang tebal, sulit ditangan, sulit
melihat hutannya karena pohonnya. Sulit pula melihat hubungan antara detail
yang banyak, dengan sendirinya sukar pula melihat gambaran keseluruhannya untuk
mengambil kesimpulan yang tepat. Maka karena itu, agar dapat melihat gambaran
keseluruhannya atau bagian-bagian tertentu dari penelitian itu, harus
diusahakan membuat berbagai macam matriks, grafik, networks, dan charts. Dengan
demikian peneliti dapat menguasai data dan tidak tenggelam dalam tumpukan
detail. Membuat “display” ini juga merupakan analisis.
3. Mengambil kesimpulan dan verifikasi
Sejak mulanya
peneliti berusaha untuk mencari makna data yang dikumpulkannya. Untuk itu ia
mencari pola, tema, hubungan, persamaan, hal-hal yang sering timbul, hipotesis,
dan sebagainya. Jadi dari data yang diperolehnya ia sejak mulanya mencoba
mengambil kesimpulan. Kesimpulan itu mula-mula masih sangat tentatif, kabur,
diragukan, akan tetapi dengan bertambahnya data, maka kesimpulan itu lebih
“grounded”. Jadi kesimpulan harus senantiasa harus diverifikasi selama
penelitian berlangsung.
Data yang telah
berhasil dikumpulkan, diolah, diteliti dengan cermat itu diatur dan akhirnya ditemukan
hasil dari data penelitian itu. Kemudian hasilnya dituangkan (formalisasi)
dalam bentuk laporan hasil penelitian.
9. Laporan
Hasil Penelitian, adalah langkah terakhir atau bagian akhir dari suatu kegiatan penelitian.
Dalam sebuah laporan hasil penelitian akan dapat diketahui apakah penelitian
itu berlangsung sesuai dengan prosedur dan metode- metode serta teknik- teknik
yang digunakan, tepat ataukah tidak, sehingga dapat pula ditentukan tinggi rendahnya mutu penelitian itu sendiri. Untuk memenuhi
harapan itulah peneliti harus menyusun laporannya secara lengkap yaitu:[30]
Bagian
pendahuluan merupakan bagian yang sangat penting dalam
penulisan laporan. Di dalam
pembahasannya tergantung ketentuan secara formal yang ditetapkan oleh
lembaga penerima laporan, tetapi secara umum biasanya dibahas tentang latar
belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan kegunaan,
tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika
pembahasan. Bagian ini pada dasarnya merupakan penjabaran lebih lanjut dari
proposal penelitian.
Bagian
hasil penelitian atau isi pembahasan merupakan inti
dari penulisan laporan, di dalamnya memuat bab-bab yang berisi uraian serta
pembahasan atas permasalahan yang diteliti. Dalam bab-bab inilah ditunjukkan
kemampuan peneliti dalam melakukan kajian serta menyajikannya secara sistematis
dan terperinci. Pola berpikir dalam pemaparan data maupun fakta-fakta, seperti
halnya telah dibahas mengenai analisis data diatas, sangat berperan dalam
membahas permasalahan yang menjadi sasaran penelitian itu. Setiap fakta atau
pernyataan-pernyataan yang dikemukakan harus disertai data yang mendukung.
Dalam hal ini juga harus tampak pertanggung jawaban penulis terutama mengenai
kutipan-kutipan, yakni secara teknis hendaknya peneliti mencantumkan catatan
pengutipan dipandang penting karena berarti juga mencerminkan etika ilmiah
peneliti, selain hal itu juga memberikan kemudahan bagi pembacanya.
Adapun bagian akhhir dalam sebah laporan adalah bagian kesimpulan, yang
isinya adalah mengemukakan generalisasi tentang apa yangg telah diuraikan dalam
bab-bab pembahasan sebelumnya. Kesimpulan merupakan hasil analisis sata dan
fakta yang telah dihimpun. Kesimpulan harus dikemukakan secara ringkas, jelas
dan tegas, serta merupakan keyakinan yang dapat dipertanggung jawabkan oleh
peneliti.
BAB III
PENUTUP
Dari pembahasan
makalah diatas dapat disimpulkan bahwa
1.
Penelitian
atau riset analitis ialah riset yang yang dimulai dari teori dan berakhir pada
fakta.
2.
Langkah-
langkah penelitian Analitis.
VARIABEL
|
MASALAH
|
Pemecahan
masalah
(problem
solving)
|
permasalahan
|
TEORISASI
|
HIPOTESIS
|
Analisis
|
Hipotesis
diperiksa secara empiris
|
METHODOLOGI
|
INSTRUMEN
|
Pengumpulan data
|
Operasionalisasi
|
LAPORAN
|
REKOMENDASI
|
DATA
|
PENEMUAN
|
Pengolahan data
|
Formalisasi
|
Penyimpulan
|
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, Dudung. Pengantar Metode Penelitian. Yogyakarta:
Kurnia Alam Semesta, 2003.
Arikunto,
Suharsimi. Managemen Penelitian. Jakarta:
Rineka Cipta, 2000.
Basrowi
dan Suwandi. Memahami Penelitian
Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta. 2008.
Damanuri,
Aji. Metodologi Penelitian Mu’amalah.
Ponorogo: STAIN Po Press. 2010.
Junaidi,
Purnawan. Pengantar Analisis Data. Jakarta:
Rineka Cipta. 1995.
Miles, Matthew B dan A. Michael
Huberman. Analisis Data Kualitatif. Jakarta:
Universitas Indonesia. 1992.
Moleong,
Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: Remaja Rodaskarya. 2000.
Muhadjir,
Noeng. Methodologi Penelitian Kualitatif.
Yogyakarta: Rake Sarasin. 2000.
Nasution,
S. Methodologi Peneletian Naturalistik
Kualitatif. Bandung:Tarsito. 1996.
Ndraha, Taliziduhu. Disain Riset dan Teknik Penyusunan Karya
Tulis Ilmiah. Jakarta: Bina Aksara. 1987.
Quinn
Patton, Michael. Metode Evaluasi
Kualitatif. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 2006.
Rachman
Assegaf, Abd. Disain Riset Sosial
Keagamaan. Yogyakarta: Gama Media. 2007.
Sudarto.
Metodologi Penelitian Filsafat. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada. 1997.
W.
Best John. Metodologi Penelitian dan
Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional. 1982.
[1] S.
Nasution, Metode Research Penelitian
Ilmiah (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 23.
[2] Aji
Damanuri, Metodologi Penelitian Mu’amlah
(Ponorogo: STAIN Po Press, 2010), 37.
[3] Noeng
Muhajir, Methodologi Penelitian
Kualitatif (Yogyakarta: Rake
Sarani,1998), 25.
[4]
http//www. Desain Analitis. Com//
2012:02// Methodologi Penelitian.
[5] Aji
Damanuri, Metodologi Penelitian Mu’amlah,
43.
[6]
Taliziduhu Ndraha, Disain Riset dan
teknik Penyusunan Karya Tulis Ilmiah (Jakarta: Bina Aksara, 1987), 32-33.
[8] Abd. Rahman Assegaf, Desain Riset Sosial Keagamaan (Yogyakarta:
Gama Media, 2007), 161.
[9] Dudung Abdurahman, Pengantar Metode Penelitian. Yogyakarta:
Kurnia Alam Semesta, 2003.
[10] Ibid.,27
[11] Aji Damanuri, Metodologi
Penelitian Mu’amlah, 59.
[13]
Ibid.,29.
[14] Aji
Damanuri, Metodologi Penelitian Mu’amlah,61.
[17] S. Nasution, Methodologi Peneletian Naturalistik Kualitatif (Bandung:Tarsito,1996),33.
[18] http//www.data
dan variabel. Com.//2012:02// Metodologi Penelitian.
[19] Ibid.
[20] Aji Damanuri, Metodologi
Penelitian Mu’amlah,84
[22] Purnawan Junaidi, Pengantar
Analisis Data ( Jakarta: Rineka
Cipta,1995),2-3.
[23] Ibid.
[25]
Ibid.,7.
[26]
Ibid.
[27]
Ibid.,9.
[28]
Ibid.,10.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar